Sejarah copywriting! Saya benar-benar suka! Saat membaca dan menulisnya.
Kata-kata adalah magic yang sebenarnya. Kata-kata dapat membuat atau menghancurkan. Kata-kata dengan sentuhan seni, bahkan dapat menggerakkan dunia.
Dalam perjalanan pemasaran, copywriting yang efektif adalah kunci untuk membuka potensi maksimum. Seni yang mendorong orang untuk membeli. Bahkan, sebelum ia sadar bahwa itu bukan sesuatu yang dibutuhkan.
Dalam dunia yang penuh informasi, hanya pesan yang jelas dan kuat yang dapat menembus kebisingan.
Dengan copywriting yang tepat, bisnis dapat menarik perhatian dalam hitungan detik. Deskripsi produk yang menarik mampu mengubah pengunjung menjadi pembeli. Sebaliknya, kata-kata yang lemah dapat menghilangkan minat.
Copywriting bukan sekadar pilihan. Melainkan keharusan. Apalagi, di era informasi seperti saat ini.
Evolusi Copywriting
Sejarah Copywriting
Copywriting adalah seni dan ilmu menulis teks. Dengan tujuan yang sangat jelas, yaitu pemasaran dan periklanan. Teks ini dirancang untuk menarik perhatian, membangkitkan minat, dan mendorong tindakan. Jadi, ini dapat dikatakan sebagai kunci pemasaran yang sukses.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen, copywriting telah berevolusi. Dari iklan cetak di surat kabar, hingga menjelma menjadi kampanye digital di media sosial. Seni ini terus berubah untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah dan evolusi copywriting, mengidentifikasi momen-momen kunci, bagaimana copywriting mempengaruhi perjalanan bisnis itu sendiri.
Latar belakang Copywriting
Mari kita mundur sebentar ke abad ke-19. Bayangkan toko-toko berderet di sepanjang jalan, penuh dengan papan nama besar. Produk-produk mereka berteriak minta perhatian.
Tapi… yang mana yang benar-benar menarik pelanggan? Yang mana yang membuat orang berhenti, berpikir, dan membeli? Saat itulah dunia mulai menyadari satu hal: kata-kata punya kekuatan.
Dan inilah awal mula lahirnya copywriting.
Revolusi Industri: Awal Mula Kompetisi Besar-Besaran
Di akhir tahun 1800-an, Revolusi Industri sedang booming. Pabrik-pabrik bermunculan, produksi meningkat, dan produk-produk mulai memenuhi pasar.
Tiba-tiba, bukan hanya satu pabrik yang membuat sabun, atau hanya satu merek yang memproduksi alat-alat rumah tangga. Ada puluhan, bahkan ratusan. Persaingan meningkat pesat.
“Pada akhir 1800-an, Revolusi Industri di Amerika Serikat memicu lonjakan produksi dan merek baru. Memenuhi pasar dengan ribuan produk yang bersaing untuk perhatian konsumen.”
Semua berlomba-lomba untuk menonjol di pasar yang makin ramai. Dan bagaimana cara terbaik untuk menarik perhatian? Ya, iklan.
Lahirnya Iklan Modern: Dari Penjualan Langsung ke Cerita yang Memikat
Di sinilah copywriting benar-benar menemukan jalannya. Pada awalnya, iklan adalah tentang fakta-fakta teknis. “Produk ini bagus. Coba sekarang.” Tetapi seiring berjalannya waktu, iklan mulai berubah.
Para pengiklan mulai memahami bahwa konsumen tidak hanya membeli produk. Mereka membeli cerita, mimpi, solusi. Dan lahirlah seni persuasi dalam bentuk yang lebih halus—copywriting.
Tokoh penting seperti John E. Kennedy memperkenalkan konsep reason why advertising. Ide dasarnya? Setiap kata dalam iklan harus memberi alasan kuat kepada konsumen untuk membeli. Ia berkata, “Advertising is salesmanship in print,” atau “Iklan adalah seni menjual dalam bentuk cetak.”
Era Baru: Scientific Advertising dan Pendekatan Berbasis Data
Lalu datang Claude Hopkins di tahun 1920-an. Hopkins melihat iklan sebagai sains, bukan hanya seni. Ia percaya, efektivitas iklan harus bisa diukur.
Dan inilah dasar dari apa yang kita kenal sekarang sebagai A/B testing—teknik membandingkan versi iklan untuk melihat mana yang paling efektif.
Pada tahun 1923, Hopkins menulis buku Scientific Advertising, yang menjadi landasan copywriting modern hingga hari ini.
Bahkan David Ogilvy, “Bapak Periklanan,” pernah berkata bahwa tidak ada yang boleh bekerja di bidang iklan, tanpa membaca buku ini setidaknya tujuh kali.
Iklan Radio dan Televisi: Menyentuh Lebih Banyak Orang
Seiring berkembangnya teknologi, radio dan televisi menjadi media baru untuk iklan. Pada tahun 1950-an, 90% rumah di Amerika Serikat sudah memiliki radio, dan sekitar 70% punya televisi.
Ini berarti copywriting harus beradaptasi lagi. Pesan yang dulu dicetak, kini diucapkan. Setiap kata harus singkat, langsung, dan menarik perhatian. Di sinilah copywriting menjadi lebih cepat, lebih ritmis, dan lebih fokus pada emosi.
Pada tahun 1960, rata-rata orang Amerika menghabiskan 5 jam per hari menonton televisi. Ini membuka peluang besar bagi copywriter untuk mempengaruhi orang lewat media baru.
Dari Teks Sederhana ke Senjata Bisnis
Jadi, mengapa copywriting lahir? Karena produk perlu bicara. Karena konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga cerita, manfaat, dan solusi.
Dari lembaran cetak hingga siaran televisi, copywriting terus berkembang dan beradaptasi.
Yang pasti, kata-kata telah menjadi senjata utama di tangan pebisnis untuk memikat, menjual, dan membedakan diri.
Dan kini, kita berada di era digital. Copywriting telah berevolusi lagi, tapi satu hal tetap: kata-kata yang tepat selalu punya kekuatan besar.
Bentuk awal copywriting
Sebenarnya, ada banyak versi bentuk awal periklanan di dunia. Dan ada klaim di antaranya menggunakan copywriting.
Klaim semacam itu pernah dibuat untuk ‘The Shem of Papyrus’ (a papyrus was a type of scroll), dari tahun 3.000SM. Itu lebih mirip poster ‘buruan’ untuk seorang budak Mesir – yang melarikan diri bernama Shem.
Di akhir dokumen singkat itu, disebutkan bahwa:
“ untuk kembali ke toko Hapu Sang Penenun, di mana kain terbaik ditenun sesuai keinginan Anda, satu koin emas utuh ditawarkan.”
Contoh awal lainnya adalah pelat perunggu untuk mencetak poster untuk toko jarum di Dinasti Song Tiongkok (960 – 1279 M).
Plat tersebut digunakan oleh Toko Jarum Halus Jinan Liu untuk mencetak poster lengkap dengan nama toko dan gambar seekor kelinci. Terjemahan teksnya adalah:
Kami membeli batang baja berkualitas tinggi dan membuat jarum berkualitas baik, agar siap digunakan di rumah dalam waktu singkat.
Evolusi Copywriting Dari Masa-masa
Evolusi copywriting dimulai pada awal abad ke-20, saat iklan cetak muncul di surat kabar dan majalah. Pada periode ini, penekanan pada deskripsi produk dan teknik dasar seperti AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) menjadi fondasi penting.
Seiring berkembangnya media, iklan radio dan televisi memperkenalkan elemen visual dan audio, meningkatkan daya tarik pesan. Era Golden Age (1950-1970) melahirkan copywriter legendaris seperti David Ogilvy, yang memfokuskan pada kreativitas dan storytelling.
Iklan tidak hanya menjual produk; mereka menjual pengalaman dan emosi.
Masuk ke era digital, copywriting mengalami transformasi besar. Internet mengubah cara interaksi antara merek dan konsumen. Iklan online, email marketing, dan SEO menjadi kata kunci penting.
Konten marketing muncul, memfokuskan pada nilai yang diberikan kepada audiens. Saat ini, tren mengarah pada penggunaan AI untuk automasi dan personalisasi, mengubah cara copywriter bekerja.
Meski teknologi semakin canggih, kekuatan emosional dalam penulisan tetap menjadi kunci untuk membangun koneksi dengan audiens. Evolusi copywriting adalah perjalanan dari kata-kata sederhana menjadi strategi yang kompleks dan terintegrasi.
Awal Mula Copywriting (1900-an)
Pada awal 1900-an, copywriting mulai muncul sebagai bagian penting dalam periklanan. Fokusnya adalah menjual manfaat produk secara langsung dan persuasif.
Iklan-iklan pada masa itu penuh dengan teks panjang dan detail, menjelaskan keunggulan produk untuk menarik perhatian pembaca.
Nama-nama seperti John E. Kennedy dan Claude Hopkins menjadi pionir, memperkenalkan konsep “reason why” dan “scientific advertising,”. Di mana setiap kata ditulis untuk memicu respons langsung dari konsumen.
Era ini menandai dimulainya copywriting sebagai seni menjual dengan kata-kata.
Copywriting muncul bersamaan dengan pertumbuhan industri periklanan. Pada awal abad ke-20, iklan pertama yang dicetak muncul di surat kabar dan majalah. Iklan ini seringkali sederhana, dengan fokus pada deskripsi produk. Namun, seiring waktu, strategi copywriting mulai berkembang.
Salah satu contoh terkenal adalah iklan Palmolive oleh E. St. Elmo Lewis. Dia memperkenalkan pendekatan AIDA (Attention, Interest, Desire, Action).
Metode ini membantu copywriter menarik perhatian pembaca, membangkitkan minat, dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan, seperti membeli produk.
Pendekatan ini menjadi dasar bagi banyak teknik copywriting yang digunakan hingga saat ini.
Era Golden Age (1950-1970)
Copywriting di Era Golden Age (1950-1970) adalah masa kejayaan iklan kreatif.
Para copywriter seperti David Ogilvy, Bill Bernbach, dan Leo Burnett membawa pendekatan baru: fokus pada storytelling, orisinalitas, dan emosi.
Iklan mulai menonjolkan kepribadian merek. Menciptakan hubungan emosional dengan konsumen. Visual dan teks dipadukan secara strategis untuk membentuk kampanye ikonik. Tentunya, tetap relevan hingga kini.
Seperti iklan Think Small dari Volkswagen dan The Man in the Hathaway Shirt. Era ini memantapkan dasar copywriting, sebagai; seni komunikasi yang penuh pengaruh dan daya tarik.
Era ini ditandai dengan penekanan pada kreativitas dan storytelling dalam iklan. David Ogilvy, yang dikenal sebagai “Bapak Iklan”, muncul sebagai salah satu copywriter legendaris.
Dia menekankan pentingnya memahami audiens dan menciptakan pesan yang relevan. Ogilvy percaya bahwa iklan yang baik harus menyampaikan informasi yang jelas dan menarik.
Leo Burnett juga menjadi tokoh penting dalam industri ini. Dia memperkenalkan karakter ikonik dalam iklannya, seperti Tony the Tiger dan Marlboro Man. Slogan-slogan seperti “They’re Gr-r-reat!” dan “Come to where the flavor is” menjadi terkenal dan mudah diingat.
Munculnya slogan ikonik dan jingle yang menarik perhatian menjadi ciri khas era ini. Iklan televisi mulai mendominasi, dan copywriting menjadi lebih terintegrasi dengan elemen visual.
Revolusi Digital (1990-an)
Perkembangan internet mengubah cara orang berinteraksi dengan iklan. Iklan online dan email marketing mulai populer. Sementara iklan tradisional tetap penting, fokus mulai beralih ke pemasaran digital.
Revolusi digital. Sederhananya, ini adalah peralihan besar dari perangkat mekanik dan elektronik ke dunia teknologi digital yang kita kenal sekarang.
Sebenarnya, sudah dimulai di tahun 1980-an, era ini mulai mengubah hidup kita: cara kita bekerja, belajar, bahkan cara kita berbicara satu sama lain. Seperti saklar yang tiba-tiba dinyalakan, semuanya terasa lebih cepat dan lebih mudah.
Akses informasi? Sekarang hanya satu klik. Komunikasi? Sekejap sampai. Dunia digital menawarkan ruang tak terbatas untuk belajar, terhubung, dan berinovasi.
Tapi, tentu saja, setiap kemajuan ada harganya. Kemudahan ini membawa risiko baru—keamanan siber, privasi yang terancam, bahkan pekerjaan yang bisa bergeser ke arah otomatisasi. Ini bukan sekadar perubahan sementara. Revolusi digital masih terus bergerak maju, membentuk ulang hidup kita setiap hari, menghadirkan inovasi yang seolah tak ada habisnya.
Website menjadi platform utama untuk menyampaikan pesan iklan. Copywriter harus menyesuaikan gaya mereka untuk konten yang lebih singkat dan langsung.
SEO (Search Engine Optimization) mulai menjadi istilah penting, dan copywriting harus memperhatikan kata kunci untuk meningkatkan visibilitas online.
Iklan banner pertama kali muncul, dan perusahaan mulai mengumpulkan data tentang perilaku pengguna. Ini memungkinkan copywriter untuk menyesuaikan pesan mereka dengan lebih baik, menciptakan pengalaman yang lebih relevan bagi audiens.
Era Konten (2000-an)
Munculnya konten marketing sebagai strategi utama mengubah cara copywriting dilakukan. Fokus bergeser dari sekadar menjual produk menjadi memberi nilai kepada audiens melalui informasi yang bermanfaat.
Copywriter mulai menulis artikel, blog, dan panduan yang membantu konsumen membuat keputusan yang lebih baik.
SEO menjadi lebih penting dalam copywriting. Dengan semakin banyaknya konten online, copywriter harus memahami bagaimana membuat teks yang tidak hanya menarik tetapi juga mudah ditemukan oleh mesin pencari.
Ini berarti menggunakan kata kunci dengan bijak dan menyusun konten dengan cara yang menarik bagi pembaca.
Tren (2010-an)
Peningkatan penggunaan media sosial sebagai platform iklan mengubah dinamika copywriting. Copywriter kini harus membuat konten yang mudah dibagikan dan menarik perhatian di berbagai platform. Pesan harus singkat dan jelas, mengingat audiens seringkali memiliki rentang perhatian yang pendek.
Fokus pada personalisasi dan interaksi dengan konsumen semakin kuat. Data dan analitik digunakan untuk mengukur efektivitas copywriting. Copywriter dapat melihat apa yang berhasil dan menyesuaikan strategi mereka sesuai kebutuhan.
Iklan yang ditargetkan dan konten yang dipersonalisasi menjadi semakin umum, menciptakan pengalaman yang lebih relevan bagi audiens.
Tren (2020an) Era AI
Tahun 2024 membawa perubahan besar dalam dunia copywriting. Kecerdasan buatan (AI) menjadi alat utama. Berikut adalah tren yang perlu diperhatikan:
- Automasi dan Efisiensi: AI membantu menghasilkan konten dengan cepat. Copywriter dapat fokus pada strategi dan kreativitas, sementara AI menangani tugas rutin.
- Personalisasi yang Mendalam: Algoritma AI menganalisis data pelanggan untuk menciptakan pesan yang lebih relevan. Ini meningkatkan keterlibatan dan konversi.
- Analisis Data Real-Time: AI memungkinkan pemantauan performa konten secara langsung. Copywriter dapat menyesuaikan strategi dengan cepat berdasarkan data yang diperoleh.
- Penggunaan Suara dan Chatbot: Dengan meningkatnya penggunaan asisten suara, copywriting harus disesuaikan untuk format percakapan. Konten yang mudah dipahami menjadi kunci.
- Fokus pada Nilai Emosional: Meskipun AI dapat menghasilkan konten, koneksi emosional tetap penting. Pesan yang menyentuh hati dan menciptakan resonansi akan lebih menonjol.
- Kolaborasi Manusia-AI: Copywriter akan bekerja sama dengan AI untuk menciptakan konten yang lebih inovatif. Kombinasi kreativitas manusia dan efisiensi AI menghasilkan hasil yang lebih baik.
Dalam era AI, copywriting harus beradaptasi. Keberhasilan akan bergantung pada kemampuan untuk memanfaatkan teknologi sembari tetap menjaga sentuhan manusia.
Kesimpulan
Copywriting terus berkembang seiring dengan perubahan teknologi dan perilaku konsumen. Dari iklan cetak sederhana hingga kampanye digital yang kompleks, seni ini tetap menjadi elemen penting dalam pemasaran.
Penting bagi copywriter untuk beradaptasi dengan tren dan alat baru untuk tetap relevan. Dengan pemahaman yang kuat tentang audiens dan pendekatan yang tepat, copywriting akan terus memainkan peran vital dalam dunia periklanan dan pemasaran.